Sejarah bubur suro merupakan informasi yang penting Anda ketahui. Bubur suro sendiri merupakan sajian khas masyarakat Jawa untuk merayakan tradisi malam 1 Muharram atau 1 suro. Beberapa orang juga menyajikan bubur ini bertepatan pada 10 Muharram atau 10 Suro.
Bagi Anda yang penasaran bagaimana sejarah bubur suro, makna dan resep kulinernya, maka bisa cek penjelasannya di bawah ini.
Sejarah Bubur Suro: Hidangan Spesial Malam 1 atau 10 Suro
Sejarah bubur suro erat kaitannya dengan nilai-nilai religius dan kearifan lokal masyarakat Jawa. Dalam tradisi Islam Jawa, malam 1 Suro diyakini sebagai momen sakral, penuh muhasabah (introspeksi diri), dan dimaknai sebagai awal perjalanan spiritual di tahun baru Hijriyah.
Menurut catatan budaya Jawa dan pengaruh Islam, sejarah bubur suro mulai dikenal sejak masa penyebaran Islam di tanah Jawa, di mana para wali menggunakan pendekatan budaya dalam menyebarkan ajaran Islam. Bubur yang disajikan dengan campuran berbagai lauk pauk dan rempah-rempah khas Nusantara ini dipercaya sebagai bentuk doa dan pengharapan akan keselamatan dan keberkahan pada tahun yang baru.
Secara umum, bubur suro disajikan pada dua waktu utama, yakni:
- Malam 1 Suro: simbol awal tahun baru Islam dan awal kehidupan spiritual baru.
- 10 Suro (10 Muharram): Terkenal sebagai Hari Asyura, di mana banyak kisah penting umat Islam terjadi, seperti peristiwa Nabi Nuh yang selamat dari banjir besar, dan Nabi Musa yang lolos dari kejaran Firaun.
Dalam masyarakat Jawa, sejarah bubur suro juga erat kaitannya dengan ritual tolak bala, selamatan keluarga, hingga permohonan keselamatan dan kedamaian lingkungan sekitar.
Makna di Balik Menyajikan Bubur Suro pada 1 atau 10 Suro
Bubur suro bukan hanya makanan, tapi juga simbol. Setiap komposisi dan penyajian bubur ini mengandung filosofi tersendiri yang sarat akan nilai moral dan spiritual.
Berikut beberapa makna penting dari balik tradisi menyajikan bubur suro, yaitu:
1. Simbol Kerendahan Hati dan Syukur
Bubur suro terbuat dari bahan sederhana seperti beras, santan, daun salam, dan rempah-rempah, mengajarkan manusia untuk tidak hidup berlebihan. Sifatnya yang lembut dan netral juga melambangkan kehidupan yang seharusnya berjalan tenang dan penuh ketulusan.
2. Doa Keselamatan dan Tolak Bala
Bubur ini biasanya disajikan bersama beberapa lauk dan tumpeng kecil. Masyarakat percaya bahwa menyajikan bubur suro pada malam Suro bisa menjadi bentuk doa keselamatan untuk keluarga, lingkungan, bahkan desa. Ada keyakinan bahwa malam Suro merupakan waktu terbukanya pintu-pintu alam gaib, sehingga perlu dilindungi dengan doa dan makanan simbolik.
3. Filosofi Kehidupan
Dalam tradisi Jawa, bubur suro sering terdiri dari dua warna bubur yang berbeda, yakni putih dan merah. Warna putih melambangkan kesucian jiwa, sedangkan merah merepresentasikan keberanian.
4. Nilai Kebersamaan
Biasanya bubur suro dibuat dalam jumlah banyak dan dibagikan ke tetangga atau keluarga. Hal ini menunjukkan nilai gotong royong dan kebersamaan yang sangat dijunjung tinggi dalam budaya Jawa. Tradisi ini juga mempererat hubungan sosial dalam masyarakat.
5. Penolak Musibah
Bubur suro dipercaya sebagai “sajen hidup” yang dipersembahkan bukan untuk makhluk gaib, tapi sebagai simbol pengharapan kepada Tuhan agar mendapat keselamatan. Dalam beberapa daerah, bubur suro dibawa ke tempat-tempat tertentu seperti perempatan jalan atau pinggir sungai sebagai bentuk simbolik tolak bala.
Resep Bubur Suro yang Bisa Anda Buat dengan Bahan Sederhana
Bagi Anda yang ingin ikut melestarikan tradisi ini atau sekadar mencicipi bubur khas bulan Suro, berikut adalah resep sederhana bubur suro khas Jawa yang bisa Anda buat di rumah.
Bahan-bahan Bubur:
- 300 gram beras putih
- 500 ml air
- 500 ml santan dari 1 butir kelapa
- 3 lembar daun salam
- 2 batang serai, memarkan
- 1 sdm garam
Pelengkap (opsional sesuai selera):
- Telur rebus
- Tempe goreng
- Tahu bacem
- Abon sapi atau ayam
- Urap sayur
- Sambal goreng kentang
- Kacang tanah goreng
- Ikan asin goreng
Cara Membuat:
- Cuci beras hingga bersih, lalu rebus dengan air bersama daun salam dan serai. Masak hingga menjadi bubur, sambil sesekali diaduk agar tidak gosong.
- Setelah bubur hampir matang, masukkan santan dan garam, aduk perlahan agar santan tidak pecah. Masak hingga bubur kental dan matang sempurna.
- Siapkan pelengkap yang telah digoreng atau dimasak sebelumnya.
- Sajikan bubur di piring, lengkapi dengan pelengkap sesuai selera. Bubur suro biasanya ditata rapi dan cantik, bahkan sebagian orang membuatnya seperti tumpeng kecil.
Tips Tambahan:
- Bubur bisa dibuat lebih encer atau kental sesuai selera.
- Tambahan daun pandan bisa memberikan aroma khas yang lebih wangi.
- Jika ingin lebih tradisional, gunakan wadah dari daun pisang saat menyajikan.
Itulah informasi seputar sejarah bubur suro, makna dan resepnya yang bisa Anda ketahui. Bubur ini bukan sekadar makanan tradisional. Tetapi warisan budaya yang sarat makna, mencerminkan kebijaksanaan leluhur dan mengajarkan pentingnya kebersamaan, kesederhanaan, serta spiritualitas.
