Apakah Anda tahu asal usul gelar haji di Indonesia itu dari mana? Ternyata gelar atau sebutan Haji hanya ada di Indonesia saja. Muslim dari negara lain yang baru menunaikan ibadah haji, tidak akan menyematkan gelar haji di depan namanya seperti orang Indonesia.
Mungkin gelar haji pada orang yang telah menunaikan ibadah tersebut. Sudah umum, tapi sebenarnya itu warisan Belanda. Seperti yang Anda ketahui, Indonesia dijajah Belanda ratusan tahun lamanya.
Banyak bahasa, budaya, makanan, dan lainnya diserap oleh orang-orang di sini. Termasuk juga asal usul gelar haji juga ternyata warisan Belanda.
Cikal Bakal Adanya Gelar Haji di Indonesia
Masyarakat Indonesia memang sudah sangat terbiasa memanggil Pak Haji atau Bu Haji kepada orang yang baru menunaikan ibadah Haji di tanah suci, Makkah.
Tapi tahukah Anda bahwa sebutan tersebut ternyata hanya ada di Indonesia saja? Negara lain tidak akan menambahkan gelar Haji di depan namanya, karena memang tidak harus dijadikan gelar.
Haji adalah suatu ibadah yang masuk dalam rukun Islam yang ke-5. Rukun Islam ke-5 ini wajib dilakukan asalkan mampu dari segi finansial dan fisik.
Ibadah haji juga hanya dilakukan setahun sekali. Jika ingin menunaikannya, memang harus menunggu cukup lama meski sudah mendaftar haji sekarang ini.
Karena ini suatu ibadah, juga asal usul gelar haji bukan dari ajaran atau sunnah di agama, namun budaya kita sendiri. Anda pasti terkejut bahwa ini merupakan warisan dari Belanda. Kenapa bisa begitu? Begini cerita lebih lengkapnya.
Mundur ke dua abad yang lalu, Haji bukanlah kegiatan peribadatan umat Islam saja. Tapi dulu juga dipandang sebagai kegiatan yang berbau politik. Ternyata, para penjajah Belanda merasa bahwa masyarakat Indonesia yang baru menunaikan ibadah haji, pasti berulah.
Dalam sudut pandang pemerintahan Hindia Belanda pada saat itu, orang-orang yang pergi haji ke tanah suci, pasti akan memberikan ajaran-ajaran baru saat pulang ke tanah air.
Pemerintahan cukup takut jika ajaran tersebut dapat mematik rasa semangat masyarakat Indonesia pada saat itu, untuk menentang pemerintahan Hindia Belanda.
Jika mengutip buku dari Aqib Suminto dalam Politik Islam Hindia Belanda yang terbit tahun1986, pemikiran tersebut tercetus pada saat pemerintahan Gubernur Herman Willem Daendels di tahun 1910.
Asal usul Gelar Haji di Indonesia karena Keresahan Pemerintahan Hindia Belanda
Tidak hanya Gubernur Daendels yang resah dengan orang-orang yang telah berhaji, bahkan Jenderal Thomas Stanford Raffles merasa demikian. Jenderal Raffles sendiri berasal dari Inggris.
Pada saat pasukan Inggris datang ke tanah air, orang-orang yang pergi haji menghadap masyarakat. Jenderal Raffles berpikir bahwa orang yang pergi haji itu sok suci. Karena kesuciannya, setiap omongan mereka dipercaya oleh banyak masyarakat.
juga asal usul gelar haji memang begitu kompleks karena muncul dari keresahan pemerintahan Hindia Belanda hingga Jenderal asal Inggris.
Bahkan pada catatan Jenderal Raffles, yaitu History of Java (1918), tertulis bahwa Raffles secara terang-terangan menyerang orang-orang yang akan pergi haji.
Dengan pemikiran tersebut, Gubernur Daendels akhirnya menyuruh para jamaah untuk mengurus paspor jika ingin pergi haji. Ini bertujuan sebagai penanda. Kekhawatiran tersebut juga menciptakan mekanisme baru dalam berhaji untuk orang-orang pribumi di Hindia Belanda (Indonesia).
Politis haji telah diterapkan secara menyeluruh pada tahun 1859. Aturan tersebut menjelaskan tentang mekanisme penerimaan orang yang baru saja pulang haji.
Selain itu, mekanisme ini juga memuat serangkaian ujian. Inilah yang menjadi asal usul gelar haji, sebab ketika para jamaah lulus ujian, harus menyematkan gelar “Haji” pada sapaan atau namanya.
Selain penambahan penyebutan, pemerintahan Hindia Belanda juga menyuruh para jamaah untuk menggunakan baju ihram dan sorban putih.
Kebijakan seperti ini memang disebabkan hal traumatis yang dialami pemerintahan Hindia Belanda. Sebab, pada abad ke-19 ada banyak pemberontakan, dan paling besar adalah Perang Jawa dari tahun 1825-1830.
Asal usul Gelar Haji dari Berbagai Perspektif
Berdasarkan sejarah yang pernah ditulis, memang asal usul gelar haji karena berasal dari ketakutan dan traumatik pemerintahan Belanda. Mereka mengatakan bahwa pemberontakan masyarakat pada pemerintahan Hindia Belanda, pasti dipelopori oleh orang baru pulang haji.
Sementara itu, jika pendapat dari seorang Dadi Darmadi, selaku Antropolog dari UIN Hidayatullah, Jakarta, pemberian gelar haji sendiri dibagi menjadi 3 perspektif.
Perspektif pertama, secara keagamaan. Haji merupakan ibadah yang tidak semua bisa melakukannya karena jauh, biaya mahal, perlu fisik kuat dan lainnya. Jadi, gelar haji pantas saja diematkan kepada orang yang menunaikan ibadah ini.
Kedua, dari perspektif kultural. Di mana orang-orang yang berhaji pasti menceritakan hal-hal heroik dan menakjubkan. Itulah mengapa gelar haji cukup penting di masyarakat.
Dan ketiga, perspektif secara kolonial, yaitu gelar haji sebagai penanda agar tidak memberikan masukan provokatif kepada masyarakat hingga menentang Hindia Belanda.
Hanya dengan sebutan Haji, banyak sekali ceritanya dan menjadi tahu sejarah awalnya bagaimana. Kini, setelah tahu asal usul gelar haji, akankah Anda menyematkannya pada nama sendiri setelah berhaji? Apalagi ini warisan dari Belanda.